Mythomania merupakan suatu kondisi kronis di mana pengidapnya memiliki kebiasaan berbohong tanpa tujuan tertentu secara berkelanjutan.
Dalam istilah lain, mythomania disebut sebagai bohong patologis atau pseudologia fantastica.
Fenomena mythomania telah dikenal selama lebih dari satu abad, tetapi belum ada definisi universal yang jelas terkait kondisi tersebut.
Meski demikian, sejumlah penelitian telah mencoba menjelaskannya.
Mengutip Healthline, mythomania dapat dipicu oleh kondisi mental, seperti gangguan kepribadian sosiopat.
Sementara yang lain tampaknya tidak memiliki alasan medis untuk perilaku tersebut.
Salah satu studi yang terbit di National Library of Medicine menunjukkan bahwa masalah yang mempengaruhi sistem saraf pusat dapat mempengaruhi seseorang untuk mengalami mythimania.
Dalam sebuah riset yang rilis di laman Nature pada 2016, ditemukan bahwa semakin banyak ketidakbenaran yang diceritakan seseorang, semakin mudah dan semakin sering ia berbohong.
Hasilnya juga menunjukkan bahwa kepuasan pribadi tampaknya memicu ketidakjujuran.
Mengutip sebuah studi yang dipublikasikan American Psychiatric Association, dijelaskan bahwa mythomania tidak termasuk ke dalam gangguan mental melainkan hanya simptom atau gejala dari gangguan kepribadian anti-sosial.
Mengutip laman Psikologi UNNES, kebohongan biasa umumnya meliputi pencapaian, perasaan, kehidupan sosial, pendapatan, dan sebagainya.
Pada kasus mythomania, kebohongan yang disampaikan cenderung bersifat fantasi di mana penderitanya kerap menggabungkan khayalan dengan fakta.
Pengidap mythomania akan tetap berbohong walau kebohongan yang ia ceritakan tidak memberikan keuntungan yang berarti untuknya.
Penderita mythomania kerap menceritakan pengalaman milik orang lain dan membuatnya seolah-olah ia yang mengalaminya.
Penderita mythomania secara sadar tahu bahwa tindakannya dapat merusak reputasi bahkan membahayakan dirinya sendiri, tetapi memilih tetap melakukannya.
Mythomania memili sejumlah karakteristik yang meliputi: HATTA MUARABAGJA