Revlon, Sejarahnya Dimulai dari Produk Enamel Kuku

Bangkrutnya Revlon Inc (REV.N) pada mengejutkan banyak kalangan, terutama penggemar kosmetik produknya.

Perusahaan yang telah berdiri selama 90 tahun ini bangkrut lantaran kesulitan pasokan bahan baku global.

Perusahaan harus membayar biaya yang lebih tinggi dari biasanya.

Vendor pun ingin menuntut cepat pembayaran di muka.

Revlon juga dinilai tidak mengikuti tren sehingga tertinggal dari standar pasar yang berkembang saat ini.

Dampaknya, saham Revlon langsung anjlok 13 persen setelah beberapa jam pengumuman kebangkrutannya.

Namun saham Revlon Inc.

meroket 245 persen selama empat hari setelahnya karena spekulan.

Di Pengadilan Kepailitan AS untuk Distrik New York Selatan, Revlon mendaftarkan aset dan kewajiban antara US$ 1-10 miliar.

Hutang ini sudah terjadi sejak pengelolaan Debra Perelman sejak 2018.

Hingga saat ini hutang itu mencapai US$ 3,31 miliar.

Dimulai dari Enamel Kuku Melansir situs resmi Revlon, perusahaan ini didirikan oleh Charles dan Joseph Revson dan Charles Lachman bersaudara ketika masa depresi besar di Amerika pada 1 Maret 1932.

Keduanya adalah ahli kimia yang mengenalkan enamel kuku jenis baru.

Mereka terinsipirasi membuat cat kuku untuk para aktris Hollywood yang merokok dan mewarnai bibir merah dengan merah pekat pada masa itu.

Menurut pendiri Revlon, warna merah ini membantu aktris tampil bewarna di televisi bewarna hitam putih.

1937, Revlon mulai menjual produk kosmetiknya ke banyak gerai salon dan toko kecantikan di Amerika.

Tidak hanya produk enamel kuku saja, namun mulai memperkenalkan lipstik dan mempromosikannya pada kampanye Lips and Fingertips pada 1939.

Selama perang dunia dua pun Revlon membantu tentara Amerika Serikat menciptakan berbagai produk untuk orang-orang terhormat.

Angkatan Laut dan Angkatan Darat AS memberikan penghargaan untuk keunggulan produk itu.

Pada 1955, Revlon mulai menyebarkan produknya secara global di beberapa negara.

Revlon adalah hampir semua hal yang dapat Anda pikirkan tentang kosmetik.

Membesar dan Bangkrut Pada tahun 2016, Revlon membeli Elizabeth Arden dalam taruhan perawatan kulit senilai US$ 870 juta sebagai bentuk strategi pasarnya.

Arden adalah perusahaan kosmetik yang lebih dulu ada sebelum Revlon berdiri.

Namun pada 2021 harga saham Revlon malah turun 22 persen dari harga saham 2017.

Sebaliknya, pesaing seperti CoverGirl, milik Coty Inc (COTY.N), telah mengambil sebagian pasar Revlon dengan cara berinvestasi besar-besaran untuk meningkatkan pasokan.

Reuters menulis pandemi Covid-19 juga menjadi faktor besar dari kebangkrutan Revlon.

Sejak 2020, Revlon telah memperpanjang waktu pengiriman kapal dan mendorong biaya pengiriman.

Sedangkan invasi Rusia terhadap Ukraina dan penguncian di Shanghai telah gangguan rantai pasokan tahun ini.

Saham Revlon turun sebanyak 44 persen sebelum pengajuan kebangkrutan.

Sementara setelah pengajuan turun kembali 13 persen.

Sebelum kebangkrutan, tak satu pun dari anak perusahaan Revlon beroperasi berskala internasional.

Terkecuali untuk wilayah Kanada dan Inggris.

Melansir plymouthherald.co.uk, krisis yang dihadapi Revlon membuat pasokan produk sulit untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Perusahaan menghindari kebangkrutan pada akhir 2020.

Lalu mulai melobi berbagai pemegang obligasi untuk memperpanjang hutangnya yang jatuh tempo.

Revlon juga nampak kalah saing dengan berbagai startup yang dimiliki oleh sekumpulan artis ternama seperti Kylie Cosmetics milik Kylie Jenner dan Fenty Beauty milik Rihanna.

Pada 16 Juni 2022, Revlon mengajukan perlindungan kebangkrutan.

FATHUR RACHMAN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *